Nama : Erma Prasetyo
NIM : 13040112140032
Kelas D
UNIVERSITAS DIPPONEGORO
FAKULTAS ILMU BUDAYA
ILMU PERPUSTAKAAN S-1
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada penulis sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.
Karya tulis
yang berjudul “Pengobatan Hipertensi secara Nonfarmakologis, Farmakologis dan Terapi
Komplementer” ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Tahun Pelajaran 2010/2011.
Penulis
menyadari bahwa karya tulis masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Pemalang, Maret 2011
Penulis,
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Banyak orang
menganggap remeh penyakit hipertensi. Anggapan itu kemungkinan berawal dari
gejala hipertensi yang tidak parah. Gejala umum hipertensi misalnya kepala
pusing, badan lemah, tengkuk terasa kaku dan gejala lainnya yang umumnya dapat
disembuhkan dengan minum obat yang dibeli di warung-warung. Walaupun seseorang
yang mengalami gejala-gejala tersebut belum tentu menderita hipertensi.
Meremehkan
hipertensi merupakan kesalahan besar. Menurut Badan Kesehatan Amerika, di Amerika dipekirakan sekitar 64 juta
lebih penduduknya ( berusia 17-75 tahun ) menderita hipertensi. Banyak pasien
yang diketahui meninggal akibat menderita hipertensi sehingga penyakit ini
disebut sebagai pembunuh tersembunyi (
the silent killer ).
Jika hanya
hipertensi saja, sebenarnya mudah diobati. Akan tetapi jika ternyata hipertensi
merupakan akibat dari suatu penyakit, misalnya diabetes, pengobatannya menjadi
lebih sulit. Seorang penderita
hipertensi mempunyai risiko cukup besar terhadap penyakit stroke, serangan
jantung, gagal jantung dan gagal ginjal.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apa sajakah jenis-jenis hipertensi ?
2. Apa sajakah penyebab hipertensi ?
3. Mengapa hipertensi berbahaya ?
4. Bagaimana cara mengobati hipertensi secara
nonfarmakologis ?
5. Bagaimana cara mengobati hipertensi secara
farmakologis ?
6. Bagaimana cara mengobati hipertensi dengan
terapi komplementer ?
C.
Tujuan Penulisan
Mengacu pada
rumusan masalah di atas, karya tulis ini bertujuan :
1. Menjelaskan jenis-jenis hipertensi
2. Menjelaskan penyebab hipertensi
3. Menjelaskan bahaya hipertensi
4. Menjelaskan cara mengobati hipertensi
secara nonfarmakologis
5. Menjelaskan cara mengobati hipertensi
secaa farmakologis
6. Menjelaskan cara mengobati hipertensi
dengan terapi komplementer.
D.
Manfaat Penulisan
Karya tulis ini
diharapkan dapat dijadikan acuan untuk :
1. Mengerti berbagai cara mengobati hipertensi
2. Menambah pengetahuan tentang hipertensi
E.
Metode Penulisan
Dalam penulisan
karya tulis, penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1. Metode Kepustakaan
Yang penulis lakukan
pada metode ini adalah dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang
berkaitan dengan pengobatan penyakit hipertensi.
2. Metode Wawancara
Yaitu metode penulisan
yang dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan Dr. Suharja.
F.
Sistematika Penulisan
Dalam karya
tulis ini penulis mengunakan
sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dikemukakan latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini dikemukakan teori-teori
yang berkaitan dengan hipertensi dan pengobatannya.
BAB III JENIS-JENIS DAN PENYEBAB HIPERTENSI
Pada bab ini dikemukakan
jenis-jenis hipertensi dan penyebab hipertensi.
BAB IV BAHAYA HIPERTENSI
Pada bab ini dikemukakan penyakit-penyakit
yang dapat menyerang penderita hipertensi akut yaitu, jantung koroner, gagal
jantung, stroke, gagal ginjal dan kebutaan.
BAB V TERAPI KOMPLEMENTER
Pada bab ini dikemukakan
terapi pengobatan hipertensi sebagai penunjang pengobatan secara kedokteran
yaitu, terapi nutrisi, dan akupuntur.
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini dikemukakan
simpulan dan saran yang telah dibahas dalam karya tulis ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
Hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah di dalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah dari jantung dan
dialirkan ke seluruh tubuh. Dikatakan hipertensi jika tekanan sistol mencapai
140 mmHg atau lebih dan tekanan diastol 90 mmHg atau lebih. Tekanan sistol
berhubungan dengan tekanan di dalam arteri. Tekanan diastol mewakili tekanan di
dalam arteri ketika jantung relaksasi setelah kontraksi. ( Widharto : 2007, 6 )
Penyakit hipertensi memang
tidak nampak, tetapi jika terlambat penanganannya bisa berakibat fatal. Tetapi
sebenarnya hipertensi tidak perlu dirisaukan karena dengan pengobatan dan
perubahan gaya hidup, seorang pendertita hipertensi dapat hidup dengan nyaman.
Akan tetapi yang sangat dikhawatirkan justru adanya penyakit lain akibat
hipertensi. Seorang penderita
hipertensi mempunyai risiko cukup besar terhadap penyakit diabetes, stroke,
jantung, gagal ginjal. ( Martuti : 2009, 5 )
Para ahli kesehatan bekerja
keras untuk menjinakkan hipertensi melalui berbagai penelitian pengobatan,
khususnya obat-obatan kimiawi yang semakin lama semakin canggih. Sejarah
kesehatan mencatat tahun 50-an ditemukan obat antihipertensi yang efektif dan
aman. Meskipun menimbulkan efek samping, obat-obatan tersebut dapat menekan
angka kesakitan dan kenaikkan angka harapan hidup penderita hipertensi. (
Martuti : 2009, 5 )
Dunia menaruh perhatian besar
terhadap hipertensi. Hal ini tebukti dengan dilakukannnya penelitian hipertensi
oleh Veterans Administration Cooperative
Study Group on Antihypertensive Agents pada tahun 60-an. Sejak saat itu,
para ahli terus berupaya menyempurnakan terapi hipertensi hingga diperoleh obat
antihipertensi yang benar-banar efektif tanpa efek samping yang berati. Bahkan
sejak tahun 1977 The Joint National
Committee on the Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure ( JNC ) mengeluarkan panduan pengobatan hipertensi yang sangat
membantu para praktisi kesehatan dalam melakukan pengobatan hipertensi. (
Widharto : 2007, 6 )
Pengobatan hipertensi dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu menggunakan obat-obatan (farmakologis) dan tanpa
obat-obatan (nonfarmakologis). Obat antihipertensi dapat digolongkan
berdasarkan mekanisme kerjanya. Jenis-jenis obat antihipertensi itu antara lain
: Diuretik, Beta blocker, Penghambat saluran kalsium, Inhibitor-ACE, Alpha
blocker, obat yang kerjanya terpusat dan antagonis reseptor angiotensin.
Pengobatan hipertensi tanpa obat-obatan biasanya cenderung menggunakan
cara-cara alami. Beberapa
metode yang biasa dilakukan yaitu terapi nutrisi dan akupuntur. (Widharto : 2007,
6 )
Banyak ahli kesehatan
menganjurkan para penderita hipertensi untuk memadukan kedua jenis pengobatan
tersebut jika memungkinkan. Ada hal yang lebih penting lagi untuk dilakukan
oleh penderita hipertensi yaitu memperhatikan pola makan dan mengubah gaya
hidup. Mereka harus berusaha mengurangi asupan garam dan makanan berlemak,
serta berolahraga secara teratur. Jika penderita hipertensi merupakan pecandu
alkohol, dia harus menghentikan kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol. (
Wiboworini : 2007, 7 )
BAB III
JENIS-JENIS DAN PENYEBAB HIPERTENSI
A.
Jenis-jenis Hipertensi
Menurut Widharto
( 2007 : 8 ), berdasarkan penyebab terjadinya hipertensi dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Hipertensi Primer
Hipertensi primer atau
hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebebnya. Lebih dari 90% penderita hipertensi
termasuk jenis hipertensi primer. Keadaan penderita seperti kegemukan
(obesitas), konsumsi alkohol dan merokok dapat meningkatkan risikonya.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi
sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Beberapa jenis
penyakit yang dapat mengakibatkan hipertensi antara lain gangguan hormonal,
penyakit jantung, diabetes, penyakit pembuluh darah, atau penyakit yang
berhubungan dengan kehamilan. Sekitar 10% penderita hipertensi termasuk
hipertensi sekunder.
Menurut
Junadi ( 1982 : 87 ), berdasarkan besarnya tekanan diastol hipertensi dibedakan
menjadi 3, yaitu :
1. Hipertensi Ringan
Hipertensi ringan
adalah hipertensi yang besar tekanan diastolnya antara 90-110 mmHg.
2. Hipertensi Sedang
Hipertensi sedang
adalah hipertensi yang besar tekanan diastolnya antara 110-130 mmHg.
3. Hipertensi Berat Atau Akut
Hipertensi berat
atau akut adalah hipertensi yang besar tekanan diastolnya lebih dari 130 mmHg.
B.
Penyebab Hipertensi
- Faktor Keturunan
Dalam tubuh manusia
terdapat faktor-faktor keturunan yang diperoleh dari kedua orang tuanya. Jika orang tua mempunya riwayat menderita
hipertensi maka garis keturunan berikutnya mempunya risiko besar menderita
hipertensi. ( Martuti : 2009, 21 )
2. Jenis Kelamin
Menurut
Dr. Suharja, mengenai jenis kelamin, umumnya pria memiliki peluang lebih besar
untuk terserang hipertensi ketimbang wanita.
3. Usia
Tekanan
darah seseorang akan meningkat seiring bertambahnya usia. Semakin tua usianya,
semakin besar kemungkinan menderita hipertensi. Tekanan sistol terus meningkat sampai
usia 80 tahun dan tekanan diastol terus naik sampai usia 50-60 tahun, kemudian
secara perlahan atau bahkan drastis menurun. ( Martuti : 2009, 37 )
4. Pola makan
a. Konsumsi Garam
Menurut Dr. Suharja penelitian kedokteran membuktikan bahwa pembatasan
konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, pengeluaran garam
(natrium) menggunakan obat diuretik (pelancar kencing) juga terbukti ampuh
menurunkan tekanan darah.
Lebih lanjut dijelaskan Widharto ( 2007 : 11 ) bahwa berlebihnya natrium
dalam darah dapat menahan air sehingga meningkatkan volume darah, yang
mengakibatkan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah sehingga
kerja jantung dalam memompa darah semakin meningkat. Walaupun natrium terbukti
signifikan terhadap penaikkan tekanan darah, tetapi beberapa orang tidak
terpengaruh dengan berlebihnya natrium dalam darahnya. Hal ini disebabkan tubuh orang tersebut dapat
membuang kelebihan natrium dengan cepat melalui keringat dan urin. Akan tetapi,
jika seseorang mengalami kegemukan, kurang berolahraga, berasal dari keluarga
penderita hipertensi atau diabetes maka kelebihan natrium dapat meningkatkan
risiko hipertensi.
b. Konsumsi Lemak
Sebagian
besar hipertensi disebabkan adanya penebalan dinding pembuluh arteri oleh lemak
atau kolesterol, hal ini menyebabkan pembuluh arteri menjadi kaku. Jika
penderita hipertensi tetap mengonsumsi makanan berlemak, kadar kolesterol dalam
darahnya dapat meningkat sehingga dinding pembuluh darah menebal dan menjadi
tersumbat.
Menurut
Dr. Suharja, penderita hipertensi kemungkinan besar kadar kolesterolnya lebih
dari 250 mg per 100 cc darah. Oleh karena itu, mereka perlu membatasi masuknya lemak atau kolesterol ke
dalam tubuhnya. Penderita hipertensi harus mengurangi makanan berkolesterol
tinggi seperti otak sapi ( 2.054 mg/100 gr ), hati sapi (323 mg/100 gr), telur
bebek ( 619 mg/butir ) dan telur ayam.
5. Gaya Hidup Modern
Dalam gaya hidup modern,
tuntutan dan tantangan hidup bermasyarakat yang semakin berat memaksa seseorang
mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengejar sukses. Keadaan ini
menyebabkan orang menjadi stres dan hidup dalam tekanan.
Menurut
Dr. Suharja dalam kondisi tertekan, adrenalin dan kortisol dilepaskan ke dalam
darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Apabila kondisi ini terjadi terus menerus, tekanan
darahnya selalu berada pada level tinggi.
Selain
itu, dalam gaya
hidup modern seseorang menjadi jarang berolahraga karena semua waktu telah
dicurahkan untuk mengejar karir. Mereka cenderung melepaskan tegang dan penat
dengan merokok sambil minum kopi atau minum-minuman beralkohol. Padahal kebiasaan itu justru berdampak
buruk terhadap kesehatan karena dapat meningkatkan risiko hipertensi.
6. Berat Badan
Mereka
yang memiliki berat badan lebih cenderung tekanan darahnya lebih tinggi
dibandingkan dengan orang kurus. Orang yang gemuk, tubuhnya bekerja keras untuk
membakar berlebihnya kalori. Pembakaran kalori ini memerlukan oksigen dalam
darah yang cukup. Semakin banyak kalori yang dibakar, semakin banyak pula
pasokan oksigen dalam darah. Banyaknya pasokan tersebut menjadikan jantung
bekerja lebih keras. Dampaknya, tekanan darah orang gemuk cenderung tinggi. (
Martuti : 2009, 21 )
7. Alkohol
Meskipun
belum diketahu secara pasti, mengonsumsi alkohol dapat menaikkan tekanan darah.
Walaupun dampak alkohol terhadap kenaikkan tekanan darah belum diketahui secara
pasti, banyak dokter menganjurkan seorang pria untuk tidak mengonsumsi alkohol
lebih dari 10,5 kaleng bir dalam 1 minggu. Untuk wanita tidak boleh lebih dari
7 kaleng bir dalam 1 minggu. ( Widharto : 2007, 15 )
BAB IV
BAHAYA
HIPERTENSI
Hipertensi
adalah penyakit yang sering disertai oleh masalah kesehatan lain sehingga
membutuhkan pengobatan yang lebih agresif. Hipertensi dapat memperbesar risiko terserang penyakit jantung koroner,
gagal jantung, stroke, gagal ginjal, bahkan kebutaan.
A.
Jantung Koroner
Yaitu mengerasnya pembuluh darah arteri di
seluruh tubuh terutama di jantung. Keadaan ini menyebabkan rasa sakit di dada
yang biasa disebut angina atau miokardial iskemia. Jika arteri menyempit dan
kemudian darah menggumpal, otot jantung yang berhubungan langsung dengan arteri
menjadi mati. Keadaan ini disebut arteri trombosis atau disebut serangan
jantung. (Widharto : 2007, 18)
B.
Gagal Jantung
Yaitu suatu kondisi dimana jumlah darah yang
dipompa oleh jantung setiap menitnya tidak mampu memenuhi kebutuhan normal
tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan. Hal ini disebabkan karena penyumbatan arteri sehingga mengganggu kerja
jantung. ( Martuti :2009, 35 )
C.
Stroke
Stroke,
kadang-kadang disebut serangan otak, terjadi sewaktu aliran darah ke daerah
otak terputus akibat pacahnya pembuluh darah karena tekanan darah yang melebihi
kekuatan pembuluh darah itu sendiri. Sel-sel otak yang kekurangan oksigen serta glukosa menjadi mati. Jika tidak
diketahui secara dini, makan dapat mengakibatkan kerusakan otak permanen. (Putri
: 2009, 103)
D.
Gagal Ginjal
Adalah
suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya
tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan
elektrolit tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin.
Hal ini disebabkan penyumbatan pembuluh darah menuju ginjal. ( Widharto : 2007,
19 )
E.
Kebutaan
Dapat terjadi pada penderita hipertensi akut. Kebutaan ini terjadi akibat
pacahnya pembuluh darah di mata. Awalnya
penderita hanya mengalami gangguan penglihatan berupa pandangan kabur, tetapi
pada tahap berikutnya terjadi kebutaan. ( Widharto : 2007, 19 )
BAB V
PENGOBATAN HIPERTENSI
A.
Pengobatan Secara Nonfarmakologis
Pengobatan
secara nonfarmakologis atau lebih dikenal dengan pengobatan tanpa obat-obatan,
pada dasarnya merupakan tindakan yang bersifat pribadi atau perseorangan.
Beberapa pengobatan secara nonfarmakologis bagi penderita hipertensi antara
lain :
1. Mengurangi Konsumsi Garam
Bagi
penderita hipertensi memang harus peduli pada dirinya sendiri. Hanya dirinyalah
yang dapat mengendalikan asupan garam ke dalam tubuhnya. Jika mengurangi konsumsi garam ternyata signifikan
dengan turunnya tekanan darah kenapa mesti diabaikan. Penderita hipertensi harus benar-benar
mempunyai niat dan semangat dalam menjalani diet rendah garam ini. ( Wiboworini
: 2007, 21 )
2. Mengendalikan Berat Badan
Menurut
Dr. Suharja mengendalikan berat badan dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Misalnya mengurangi porsi makanan yang masuk tubuh atau mengimbangi dengan
melakukan banyak aktivitas. Terdapat bukti bahwa setiap penurunan 1 kg berat
badan, tekanan darah mengalami penurunan 1 mmHg.
3. Mengendalikan Minum ( Kopi dan Alkohol )
Menurut
Dr. Suharja, beberapa referensi kesehatan mengatakan kopi tidak baik bagi
penderita hipertensi.
Lebih
lanjut dijelaskan Martuti ( 2009 : 65 ), senyawa kofein yang terdapat pada kopi
dapat memicu meningkatnya denyut jantung yang berdampak pada peningkatan
tekanan darah. Minuman beralkohol
menyebabkan naiknya tekanan darah. Selain itu, konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan
organ hati dan sistem saraf.
4. Membatasi Konsumsi Lemak
Konsumsi
lemak berkaitan dengan kadar kolesterol dalam darah. Penderita hipertensi harus
berupaya menjaga kadar kolesterol dalam darahnya. Untuk itu, Himpunan Ahli
Jantung Amerika ( America Heart Association ) menganjurkan
agar konsumsi kolesterol makismal 300 mg/hari. ( Widharto : 2007, 23 )
5. Berolahraga Secara Teratur
6. Menghindari Stres
Beberapa
cara di bawah ini dapat ditempuh untuk membina hidup positif agar tidak stres
antara lain :
a. Mengeluarkan isi hati dan memecahkan
masalah
b. Merencanakan jadwal kerja yang matang dan
meluangkan waktu untuk beristirahat
c. Jangan berambisi menjadi orang yang sempurna
d. Belajar berdamai
e. Mencoba menolong sesama
f. Menghilangkan pikiran iri dan dengki
(
Widharto : 2009, 61 )
B.
Pengobatan Secara Farmakologis
Merupakan pengobatan dengan obat-obatan. Saat ini terdapat banyak pilihan
jenis obat antihipertensi. Obat-obatan itu terbukti dapat menurunkan hipertensi,
termasuk penyakit akibat hipertensi seperti stroke dan gagal jantung. Namun
demikian, pemakaian obat-obatan antihipertensi itu memerlukan pengawasan
dokter. ( Widharto : 2007, 29 )
1. Perkembangan Obat Antihipertensi
Penelitian
untuk membantu penderita hipertensi telah dilakukan sejak tahun 3000 SM. Hingga
tahun 1950-an belum ditemukan obat antihipertensi yang baik dan tepat. Pada
tahun 1960-an dilakukan suatu penelitian oleh Veterans Administration Cooperative Study Group on Antihypertensive
Agents yang melaporkan bahwa pengobatan antihipertensi terbukti dapat
menurunkan angka kesakitan dan komplikasi yang fatal maupun non fatal.
Obat-obatan itu hanya dianjurkan untuk penderita hipertensi yang parah karena
mempunyai efek samping cukup berat.
Pada
tahun 1977 dikeluarkan panduan pengobatan hipertensi oleh JNC. Obat
antihipertensi yang dipakai antara lain Klonidin, Metildopa, Prazonin,
Pronanolol dan Rauwolfia.
Pada
tahun 1993, JNC mengeluarkan panduan pengobatan hipertensi yang merupakan
perbaikan dari panduan sebelumnya. Obat antihipertensi yang dipakai antara lain
Beta-blocker, Diuretik, Antagonis kalsium, ACE-inhibitor, namun masih
menimbulkan efek samping.
Pada
tahun 1997, JNC mengeluarkan panduan pengobatan hipertensi, dengan memasukan
AIIRA sebagai obat antihipertensi untuk melengkapi panduan sebelumnya. Obat ini
efek sampingnya tidak terlalu tinggi dibandingkan obat antihipertensi
sebelumnya.
Pada
tahun 2003, JNC mengeluarkan panduan pengobatan hipertensi terbaru, berupa
petunjuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Beberapa jenis obat
antihipertensi yang dianjurkan meliputi ACE-inhibitor, penghambat reseptor
angiotensin ( Angiotension-reseptor blocker atau ARBs ), Beta-blocker,
penghambat saluran kalsium ( Calcium Channel Blocker atau CCBs ) dan thiazide.
2. Obat-obatan Antihipertensi
a. Golongan Diuretik
Obat antihipertensi golongan diuretik berfungsi untuk menambah produksi
urin sehingga bekerja dengan cara membuang kelebihan natrium melalui
pengeluaran urin.
Menurut Dr. Suharja, ada dua jenis diuretik yang sering digunakan sampai
sekarang, yaitu :
1) Thiazide
diuretik, antara lain
Chlorotiazide ( Diazil ), Polythiazide ( Reneze ), Indapamide ( Lozol ) dan
Metalozone ( Mykrox ).
2) Loop
diuretik, antara lain Bumetanide
( Bumex ), Furosemide (Lasix) dan Torsemide ( Demadex ).
Pengobatan
hipertensi dengan diuretik dengan dosis rendah memberi hasil yang cukup
memuaskan. Namun, jika dalam dosis tinggi, malah memicu encok dan diabetes. Selain itu, dapat menurunkan kadar
potasium dalam darah, meningkatkan kadar kolesterol dan gagal jantung. ( Junadi
: 1982, 92 )
b. Golongan Beta-blocker
Dalam penggunaan
jangka pendek, obat ini hampir tidak menimbulkan efek samping, namun jika
digunakan dalam jangka panjang mengakibatkan menurunnya kemampuan berolahraga,
mengakibatkan tangan dan kaki dingin karena kurangnya aliran darah ke daerah
tersebut dan menyebabkan gangguan tidur ( insomnia ). (Junadi : 1982, 92)
c. Calsium Channel Blocker ( CCB )
Menurut Dr.
Suharja, Calsium Channel Blocker bekerja dengan menghambat kerja kalsium dalam
otot halus pada dinding arteriol.
1) Calsium Channel Blocker tanpa dihidropiridin
antara lain, Deitiazem dan Verapamil.
2) Calsium Channel Blocker dengan dihidropiridin
antara lain, Amiodipine dan Nifedipine.
Efek
samping dari penggunaan obat ini antara lain, sakit kepala, kulit wajah memerah
dan pergelangan kaki membesar. Namun
obat ini dapat mencegah serangan jantung dan stroke. ( Widharto : 2007, 33 )
d. Inhibitor-ACE
Golongan
ini bekerja dengan menghambat kerja enzim angotensin. Angiotensin merupakan
suatu hormon yang berperan dalam penyempitan pembuluh darah. Dengan pemberian
obat ini, angoitensin tidak secara aktif sehingga pembuluh darah dapat melebar
dan menurunkan tekanan darah. Menurut
Dr. Suharja, beberapa contoh obat antihipertensi golongan inhibitor-ACE antara
lain, Captropil, Lisinopril dan Ramipril.
Keunggulan dari
penghambat ACE yaitu melindungi kerusakan ginjal bagi penderita hipertensi dan
diabetes, memperlambat terjadinya kerusakan retina yang dapat mengakibatkan
kebutaan pada penderita diabetes dan tidak menyebabkan penurunan mental karena
tidak sampai masuk ke otak. Penggunaan inhibitor-ACE dalam dosis tinggi dapat
mengakibatkan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba, yang justru dapat
mengakibatkan kematian, terutama pada penderita yang telah menggunakan obat
golongan diuretik. ( Widharto : 2007, 34 )
e. Golongan Alpha-blocker
Golongan
Alpha-blocker bekerja dengan cara menghambat kerja adrenalin pada otot-otot
dinding pemubuluh darah. Adrenalin menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga
tekanan darah meningkat. Biasanya
penggunaan Alpha-blocker menimbulkan mulut kering dan rasa pusing. Obat goloan
ini antara lain Dexazosin, Peazosin dan Terazosin. ( Martuti : 2009, 116 )
f. Obat Yang Bekerja Terpusat
Jenis obat ini bekerja dengan memengaruhi pusat saraf di otak yang
mengendalikan tekanan darah. Obat jenis ini jarang digunakan karena snederung
menimbuklan efek kelelahan, kelesuan dan depresi jika dipakai dalam dosis
tinggi. Beberapa obat antihipertensi yang bekerja terpusat antara lain, Clonidine, Reserpine dan Methyldopa. (Widharto : 2007, 34)
g. Antagonis Reseptor Angiotensin
Cara kerja
obat ini mirip dengan inhibitor-ACE. Obat ini lebih memberikan efek yang lebih
efektif dalam penurunan tekanan
darah. Jika inhibitor-ACE menimbulkan efek samping berupa batuk, pemberian obat
ini tidak menimbulkan batuk. ( Martuti : 2009, 112 )
Menurut Dr. Suharja, beberapa contoh obat
antihipertensi golongan antagonis reseptor angiotensin antara lain,
Condersatan, Eprosartan, Irbesartan, Valsartan, Losartan, Olmesartan dan
Telmisartan.
BAB VI
TERAPI KOMPLEMENTER
Terapi komplementer merupakan
usaha pengobatan hipertensi untuk menunjang penyembuhan hipertensi yang telah
dilakukan secara kedokteran. Beberapa jenis terapi yang akan dijelaskan di
sini, yaitu terapi nutrisi dan akupuntur.
A.
Terapi Nutrisi
Menurut
Wiboworini ( 2007 : 38 ), beberapa suplemen dan bahan makanan yang bermanfaat
dalam mengendalikan hipertensi, yaitu :
1.Potasium
Potasium bermanfaat
mencegah dan mengendalikan tekanan darah. Potasium besumber dari buah-buahan, sayuran, produk susu dan ikan.
2.Magnesium
Magnesium
bermanfaat mengendalikan tekanan darah. Magnesium bersumber dari
kacang-kacangan dan polong-polongan.
3.Kalsium
Kalsium bermanfaat
menjaga kesehatan secara umum dan menurunkan tekanan darah. Kalsium bersumber dari polongan-polongan,
produk susu, bayam, kacang panjang, sawi daging sapi dan ayam rendah lemak.
4.Asam Lemak Esensial
Asam lemak
esensial bermanfaat menurunkan tekanan darah . Asam lemak esensial bersumber dari ikan laut, kacang kenari dan kacang
mete.
5.Vitamin C
Kekurangan vitamin
C dapat mengalami hipertensi. Vitamin C bersumber dari buah-buahan ( jambu
biji, mangga, pepaya, rambutan, jeruk ), kol, kacang panjang, daun katuk, cabai
rawit dan cabai merah.
6.Seng
Seng bermanfaat
menjaga kekebalan tubuh dan mengandalikan tekanan darah. Seng bersumber dari daging rendah lemak,
kerang, polong-polongan, beras merah dan biji bunga matahari.
B.
Akupuntur
Akupuntur
merupakan penyembuhan dari Tiongkok Kuno dengan cara menusukkan jarum ke
titik-titik tertentu di tubuh pasien yang terletak di sepanjang meridian. Meridian adalah jalan atau saluran energi ( Chi
) yang berhubungan dengan organ dalam tubuh manusia. Penusukkan jarum ke titik-titik
yang berada di sepanjang meridian bertujuan menurunkan atau meningkatkan aliran
Chi dalam tubuh atau membukanya jika terjadi penyumbatan. ( Widharto : 2007, 40
)
Energi atau Chi
dalam tubuh manusia ada dua, yaitu energi yang bersifat dingin disebut Yin dan
energi yang bersifat panas disebut Yang. Ketidaksamaan Yin dan Yang dalam tubuh
seseorang mengakibatkan terganggunya system di dalam tubuh. Oleh karena itu,
tujuan utama akupuntur sebenarnya menyeimbangkan keberadaan Yin dan Yang dalam
tubuh melaui penusukan pada titik-titik tertentu yang berada di sepanjang
meridian. Saat ini telah diketahui 2000 titik meridian dalam tubuh yang
dianggap penting. Semua titik tersebut melewati 14 meeridian dan diberi nama
menurut organ yang diwakili, misalnya meridian paru-paru, meridian jantung,
meridian ginjal dan meridian pencernaan. ( Widharto : 2007, 41 )
BAB VII
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan pada uraian bab-bab sebelumnya, penulis menarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Jenis-jenis hipertensi berdasarkan penyebab
terjadinya yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder, sedangkan
berdasarkan besarnya tekanan diastolnya yaitu hipertensi ringan hipertensi
sedang dan hipertensi akut.
2. Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu faktor keturunan, jenis kelamin, usia, pola makan, gaya hidup modern, berat badan dan alkohol.
3. Hipertensi dapat membesar risiko terserang
penyakit jantung koroner, stroke, gagal ginjal, bahkan kebutaan.
4. Beberapa pengobatan secara nonfarmakologis bagi
penderita hipertensi contohnya mengurangi konsumsi garam, mengendalikan berat
badan, mengendalikan minum kopi dan alkohol, membatasi konsumsi lemak,
berolahraga secara teratur dan menghindari stres.
5. Obat antihipertensi dapat digolongkan
berdasarkan mekanisme kerjanya, antara lain, golongan diuretik, golongan
Beta-blocker, Calsium Channel Blocker (CCB), inhibitor-ACE, golongan
Alpha-blocker, obat yang bekerja terpusat dan antagonis reseptor angiotensin.
6. Pengobatan hipertensi menggunakan
cara-cara alami yang biasa dilakukan antara lain, terapi nutrisi dan akupuntur.
B.
Saran
Berdasarkan uraian yang penulis susun,
penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Jagalah selalu tekanan darah dan kadar
kolesterol darah agar selalu dalam keadaan stabil
2. Kurangi makan garam dan minum ( kopi dan
alkohol )
3. Usahakan badan tidak terlalu gemuk /
obesitas
4. Berolahragalah secara teratur dan usahakan
jangan terlalu stres
5. Perbanyaklah mengonsumsi buah-buahan,
sayuran, susu, makanan dari polong-polongan dan makanan sehat lainnya
6. Perbanyaklah pengetahuan dan konsultasi
dengan dokter
DAFTAR PUSTAKA
Junadi, Purnawan, dkk (ed). 1982. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta
: Media Aesculapius.
Martuti, A. 2009. Merawat Dan Menyembuhkan Hipertensi. Bantul : Kreasi Wacana.
Putri, Alissa. 2009. Tetap Sehat Di Usia Lanjut : Hipertensi. Yogyakarta : Genius Printika.
Wiboworini, Budiyanti. 2007. Gizi Dan Kesehatan. Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka.
Widharto. 2007. Bahaya Hipertensi. Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar