Kamis, 04 Juli 2013

Makalah Hipertensi

Nama         : Erma Prasetyo
      NIM          : 13040112140032
Kelas D
UNIVERSITAS DIPPONEGORO
FAKULTAS ILMU BUDAYA
ILMU PERPUSTAKAAN S-1


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.
Karya tulis yang berjudul “Pengobatan Hipertensi secara Nonfarmakologis, Farmakologis dan Terapi Komplementer” ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tahun Pelajaran 2010/2011.
Penulis menyadari bahwa karya tulis masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.






 Pemalang, Maret 2011




  Penulis, 


BAB I
PENDAHULUAN

                                                                  
A.    Latar Belakang Masalah
Banyak orang menganggap remeh penyakit hipertensi. Anggapan itu kemungkinan berawal dari gejala hipertensi yang tidak parah. Gejala umum hipertensi misalnya kepala pusing, badan lemah, tengkuk terasa kaku dan gejala lainnya yang umumnya dapat disembuhkan dengan minum obat yang dibeli di warung-warung. Walaupun seseorang yang mengalami gejala-gejala tersebut belum tentu menderita hipertensi.
Meremehkan hipertensi merupakan kesalahan besar. Menurut Badan Kesehatan Amerika, di Amerika dipekirakan sekitar 64 juta lebih penduduknya ( berusia 17-75 tahun ) menderita hipertensi. Banyak pasien yang diketahui meninggal akibat menderita hipertensi sehingga penyakit ini disebut sebagai pembunuh tersembunyi ( the silent killer ).
Jika hanya hipertensi saja, sebenarnya mudah diobati. Akan tetapi jika ternyata hipertensi merupakan akibat dari suatu penyakit, misalnya diabetes, pengobatannya menjadi lebih sulit. Seorang penderita hipertensi mempunyai risiko cukup besar terhadap penyakit stroke, serangan jantung, gagal jantung dan gagal ginjal.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa sajakah jenis-jenis hipertensi ?
2.      Apa sajakah penyebab hipertensi ?
3.      Mengapa hipertensi berbahaya ?
4.      Bagaimana cara mengobati hipertensi secara nonfarmakologis ?
5.      Bagaimana cara mengobati hipertensi secara farmakologis ?
6.      Bagaimana cara mengobati hipertensi dengan terapi komplementer ?

C.    Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah di atas, karya tulis ini bertujuan :
1.      Menjelaskan jenis-jenis hipertensi
2.      Menjelaskan penyebab hipertensi
3.      Menjelaskan bahaya hipertensi
4.      Menjelaskan cara mengobati hipertensi secara nonfarmakologis
5.      Menjelaskan cara mengobati hipertensi secaa farmakologis
6.   Menjelaskan cara mengobati hipertensi dengan terapi komplementer.

D.    Manfaat Penulisan
Karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk :
1.      Mengerti berbagai cara mengobati hipertensi
2.      Menambah pengetahuan tentang hipertensi

E.     Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis, penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1.      Metode Kepustakaan
Yang penulis lakukan pada metode ini adalah dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan pengobatan penyakit hipertensi.

2.      Metode Wawancara
Yaitu metode penulisan yang dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan Dr. Suharja.


F.     Sistematika Penulisan
Dalam karya tulis ini penulis mengunakan sistematika sebagai berikut :
BAB I       PENDAHULUAN
Pada bab ini dikemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II      LANDASAN TEORI
Pada bab ini dikemukakan teori-teori yang berkaitan dengan hipertensi dan pengobatannya.

BAB III    JENIS-JENIS DAN PENYEBAB HIPERTENSI
Pada bab ini dikemukakan jenis-jenis hipertensi dan penyebab hipertensi.

BAB IV    BAHAYA HIPERTENSI
Pada bab ini dikemukakan penyakit-penyakit yang dapat menyerang penderita hipertensi akut yaitu, jantung koroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal dan kebutaan.

BAB V      TERAPI KOMPLEMENTER
Pada bab ini dikemukakan terapi pengobatan hipertensi sebagai penunjang pengobatan secara kedokteran yaitu, terapi nutrisi, dan  akupuntur.

BAB VI    PENUTUP
Pada bab ini dikemukakan simpulan dan saran yang telah dibahas dalam karya tulis ini.

BAB II
LANDASAN TEORI


Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah dari jantung dan dialirkan ke seluruh tubuh. Dikatakan hipertensi jika tekanan sistol mencapai 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastol 90 mmHg atau lebih. Tekanan sistol berhubungan dengan tekanan di dalam arteri. Tekanan diastol mewakili tekanan di dalam arteri ketika jantung relaksasi setelah kontraksi. ( Widharto : 2007, 6 )
Penyakit hipertensi memang tidak nampak, tetapi jika terlambat penanganannya bisa berakibat fatal. Tetapi sebenarnya hipertensi tidak perlu dirisaukan karena dengan pengobatan dan perubahan gaya hidup, seorang pendertita hipertensi dapat hidup dengan nyaman. Akan tetapi yang sangat dikhawatirkan justru adanya penyakit lain akibat hipertensi. Seorang penderita hipertensi mempunyai risiko cukup besar terhadap penyakit diabetes, stroke, jantung, gagal ginjal. ( Martuti : 2009, 5 )
Para ahli kesehatan bekerja keras untuk menjinakkan hipertensi melalui berbagai penelitian pengobatan, khususnya obat-obatan kimiawi yang semakin lama semakin canggih. Sejarah kesehatan mencatat tahun 50-an ditemukan obat antihipertensi yang efektif dan aman. Meskipun menimbulkan efek samping, obat-obatan tersebut dapat menekan angka kesakitan dan kenaikkan angka harapan hidup penderita hipertensi. ( Martuti : 2009, 5 )
Dunia menaruh perhatian besar terhadap hipertensi. Hal ini tebukti dengan dilakukannnya penelitian hipertensi oleh Veterans Administration Cooperative Study Group on Antihypertensive Agents pada tahun 60-an. Sejak saat itu, para ahli terus berupaya menyempurnakan terapi hipertensi hingga diperoleh obat antihipertensi yang benar-banar efektif tanpa efek samping yang berati. Bahkan sejak tahun 1977 The Joint National Committee on the Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure ( JNC ) mengeluarkan panduan pengobatan hipertensi yang sangat membantu para praktisi kesehatan dalam melakukan pengobatan hipertensi. ( Widharto : 2007, 6 )
Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan obat-obatan (farmakologis) dan tanpa obat-obatan (nonfarmakologis). Obat antihipertensi dapat digolongkan berdasarkan mekanisme kerjanya. Jenis-jenis obat antihipertensi itu antara lain : Diuretik, Beta blocker, Penghambat saluran kalsium, Inhibitor-ACE, Alpha blocker, obat yang kerjanya terpusat dan antagonis reseptor angiotensin. Pengobatan hipertensi tanpa obat-obatan biasanya cenderung menggunakan cara-cara alami. Beberapa metode yang biasa dilakukan yaitu terapi nutrisi dan akupuntur. (Widharto : 2007, 6 )
Banyak ahli kesehatan menganjurkan para penderita hipertensi untuk memadukan kedua jenis pengobatan tersebut jika memungkinkan. Ada hal yang lebih penting lagi untuk dilakukan oleh penderita hipertensi yaitu memperhatikan pola makan dan mengubah gaya hidup. Mereka harus berusaha mengurangi asupan garam dan makanan berlemak, serta berolahraga secara teratur. Jika penderita hipertensi merupakan pecandu alkohol, dia harus menghentikan kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol. ( Wiboworini : 2007, 7 )


BAB III
JENIS-JENIS DAN PENYEBAB HIPERTENSI


A.    Jenis-jenis Hipertensi
Menurut Widharto ( 2007 : 8 ), berdasarkan penyebab terjadinya hipertensi dibedakan menjadi  2, yaitu :
1.      Hipertensi Primer
Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebebnya. Lebih dari 90% penderita hipertensi termasuk jenis hipertensi primer. Keadaan penderita seperti kegemukan (obesitas), konsumsi alkohol dan merokok dapat meningkatkan risikonya.

2.      Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Beberapa jenis penyakit yang dapat mengakibatkan hipertensi antara lain gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes, penyakit pembuluh darah, atau penyakit yang berhubungan dengan kehamilan. Sekitar 10% penderita hipertensi termasuk hipertensi sekunder.

Menurut Junadi ( 1982 : 87 ), berdasarkan besarnya tekanan diastol hipertensi dibedakan menjadi 3, yaitu :
1.      Hipertensi Ringan
Hipertensi ringan adalah hipertensi yang besar tekanan diastolnya antara 90-110 mmHg.

2.      Hipertensi Sedang
Hipertensi sedang adalah hipertensi yang besar tekanan diastolnya antara 110-130 mmHg.
3.      Hipertensi Berat Atau Akut
Hipertensi berat atau akut adalah hipertensi yang besar tekanan diastolnya lebih dari 130 mmHg.

B.     Penyebab Hipertensi
  1. Faktor Keturunan
Dalam tubuh manusia terdapat faktor-faktor keturunan yang diperoleh dari kedua orang tuanya. Jika orang tua mempunya riwayat menderita hipertensi maka garis keturunan berikutnya mempunya risiko besar menderita hipertensi. ( Martuti : 2009, 21 )

2.      Jenis Kelamin
Menurut Dr. Suharja, mengenai jenis kelamin, umumnya pria memiliki peluang lebih besar untuk terserang hipertensi ketimbang wanita.

3.      Usia
Tekanan darah seseorang akan meningkat seiring bertambahnya usia. Semakin tua usianya, semakin besar kemungkinan menderita hipertensi. Tekanan sistol terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastol terus naik sampai usia 50-60 tahun, kemudian secara perlahan atau bahkan drastis menurun. ( Martuti : 2009, 37 )

4.      Pola makan
a.       Konsumsi Garam
Menurut Dr. Suharja penelitian kedokteran membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, pengeluaran garam (natrium) menggunakan obat diuretik (pelancar kencing) juga terbukti ampuh menurunkan tekanan darah.
Lebih lanjut dijelaskan Widharto ( 2007 : 11 ) bahwa berlebihnya natrium dalam darah dapat menahan air sehingga meningkatkan volume darah, yang mengakibatkan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah sehingga kerja jantung dalam memompa darah semakin meningkat. Walaupun natrium terbukti signifikan terhadap penaikkan tekanan darah, tetapi beberapa orang tidak terpengaruh dengan berlebihnya natrium dalam darahnya. Hal ini disebabkan tubuh orang tersebut dapat membuang kelebihan natrium dengan cepat melalui keringat dan urin. Akan tetapi, jika seseorang mengalami kegemukan, kurang berolahraga, berasal dari keluarga penderita hipertensi atau diabetes maka kelebihan natrium dapat meningkatkan risiko hipertensi.

b.      Konsumsi Lemak
Sebagian besar hipertensi disebabkan adanya penebalan dinding pembuluh arteri oleh lemak atau kolesterol, hal ini menyebabkan pembuluh arteri menjadi kaku. Jika penderita hipertensi tetap mengonsumsi makanan berlemak, kadar kolesterol dalam darahnya dapat meningkat sehingga dinding pembuluh darah menebal dan menjadi tersumbat.
Menurut Dr. Suharja, penderita hipertensi kemungkinan besar kadar kolesterolnya lebih dari 250 mg per 100 cc darah. Oleh karena itu, mereka perlu membatasi masuknya lemak atau kolesterol ke dalam tubuhnya. Penderita hipertensi harus mengurangi makanan berkolesterol tinggi seperti otak sapi ( 2.054 mg/100 gr ), hati sapi (323 mg/100 gr), telur bebek ( 619 mg/butir ) dan telur ayam.

5.      Gaya Hidup Modern
Dalam gaya hidup modern, tuntutan dan tantangan hidup bermasyarakat yang semakin berat memaksa seseorang mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengejar sukses. Keadaan ini menyebabkan orang menjadi stres dan hidup dalam tekanan.
Menurut Dr. Suharja dalam kondisi tertekan, adrenalin dan kortisol dilepaskan ke dalam darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Apabila kondisi ini terjadi terus menerus, tekanan darahnya selalu berada pada level tinggi.
Selain itu, dalam gaya hidup modern seseorang menjadi jarang berolahraga karena semua waktu telah dicurahkan untuk mengejar karir. Mereka cenderung melepaskan tegang dan penat dengan merokok sambil minum kopi atau minum-minuman beralkohol. Padahal kebiasaan itu justru berdampak buruk terhadap kesehatan karena dapat meningkatkan risiko hipertensi.

6.      Berat Badan
Mereka yang memiliki berat badan lebih cenderung tekanan darahnya lebih tinggi dibandingkan dengan orang kurus. Orang yang gemuk, tubuhnya bekerja keras untuk membakar berlebihnya kalori. Pembakaran kalori ini memerlukan oksigen dalam darah yang cukup. Semakin banyak kalori yang dibakar, semakin banyak pula pasokan oksigen dalam darah. Banyaknya pasokan tersebut menjadikan jantung bekerja lebih keras. Dampaknya, tekanan darah orang gemuk cenderung tinggi. ( Martuti : 2009, 21 )    

7.      Alkohol
Meskipun belum diketahu secara pasti, mengonsumsi alkohol dapat menaikkan tekanan darah. Walaupun dampak alkohol terhadap kenaikkan tekanan darah belum diketahui secara pasti, banyak dokter menganjurkan seorang pria untuk tidak mengonsumsi alkohol lebih dari 10,5 kaleng bir dalam 1 minggu. Untuk wanita tidak boleh lebih dari 7 kaleng bir dalam 1 minggu. ( Widharto : 2007, 15 )



BAB IV
BAHAYA HIPERTENSI

Hipertensi adalah penyakit yang sering disertai oleh masalah kesehatan lain sehingga membutuhkan pengobatan yang lebih agresif. Hipertensi dapat memperbesar risiko terserang penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal, bahkan kebutaan.
A.    Jantung Koroner
 Yaitu mengerasnya pembuluh darah arteri di seluruh tubuh terutama di jantung. Keadaan ini menyebabkan rasa sakit di dada yang biasa disebut angina atau miokardial iskemia. Jika arteri menyempit dan kemudian darah menggumpal, otot jantung yang berhubungan langsung dengan arteri menjadi mati. Keadaan ini disebut arteri trombosis atau disebut serangan jantung. (Widharto : 2007, 18)

B.     Gagal Jantung
 Yaitu suatu kondisi dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya tidak mampu memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan. Hal ini disebabkan karena penyumbatan arteri sehingga mengganggu kerja jantung. ( Martuti :2009, 35 )
  
C.    Stroke
Stroke, kadang-kadang disebut serangan otak, terjadi sewaktu aliran darah ke daerah otak terputus akibat pacahnya pembuluh darah karena tekanan darah yang melebihi kekuatan pembuluh darah itu sendiri. Sel-sel otak yang kekurangan oksigen serta glukosa menjadi mati. Jika tidak diketahui secara dini, makan dapat mengakibatkan kerusakan otak permanen. (Putri : 2009, 103)


D.    Gagal Ginjal
Adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin. Hal ini disebabkan penyumbatan pembuluh darah menuju ginjal. ( Widharto : 2007, 19 )    

E.     Kebutaan 
Dapat terjadi pada penderita hipertensi akut. Kebutaan ini terjadi akibat pacahnya pembuluh darah di mata. Awalnya penderita hanya mengalami gangguan penglihatan berupa pandangan kabur, tetapi pada tahap berikutnya terjadi kebutaan. ( Widharto : 2007, 19 )



BAB V
PENGOBATAN HIPERTENSI

A.    Pengobatan Secara Nonfarmakologis
Pengobatan secara nonfarmakologis atau lebih dikenal dengan pengobatan tanpa obat-obatan, pada dasarnya merupakan tindakan yang bersifat pribadi atau perseorangan.
Beberapa pengobatan secara nonfarmakologis bagi penderita hipertensi antara lain :
1.      Mengurangi Konsumsi Garam
Bagi penderita hipertensi memang harus peduli pada dirinya sendiri. Hanya dirinyalah yang dapat mengendalikan asupan garam ke dalam tubuhnya. Jika mengurangi konsumsi garam ternyata signifikan dengan turunnya tekanan darah kenapa mesti diabaikan. Penderita hipertensi harus benar-benar mempunyai niat dan semangat dalam menjalani diet rendah garam ini. ( Wiboworini : 2007, 21 )
     
2.      Mengendalikan Berat Badan
Menurut Dr. Suharja mengendalikan berat badan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya mengurangi porsi makanan yang masuk tubuh atau mengimbangi dengan melakukan banyak aktivitas. Terdapat bukti bahwa setiap penurunan 1 kg berat badan, tekanan darah mengalami penurunan 1 mmHg.
           
3.      Mengendalikan Minum ( Kopi dan Alkohol )
Menurut Dr. Suharja, beberapa referensi kesehatan mengatakan kopi tidak baik bagi penderita hipertensi.
Lebih lanjut dijelaskan Martuti ( 2009 : 65 ), senyawa kofein yang terdapat pada kopi dapat memicu meningkatnya denyut jantung yang berdampak pada peningkatan tekanan darah. Minuman beralkohol menyebabkan naiknya tekanan darah. Selain itu, konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan organ hati dan sistem saraf.

4.      Membatasi Konsumsi Lemak
Konsumsi lemak berkaitan dengan kadar kolesterol dalam darah. Penderita hipertensi harus berupaya menjaga kadar kolesterol dalam darahnya. Untuk itu, Himpunan Ahli Jantung Amerika ( America Heart Association ) menganjurkan agar konsumsi kolesterol makismal 300 mg/hari. ( Widharto : 2007, 23 )

5.      Berolahraga Secara Teratur
Ada beberapa jenis olahraga yang tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi, bahkan dilarang, yaitu jenis olahraga keras seperti tinju, karate, gulat dan olahraga keras lainnya. Sedangkan beberapa jenis olahraga yang dianjurkan diantaranya gerak jalan, senam (aerobik), bersepeda atau berenang. ( Martuti : 2009, 61 )

6.      Menghindari Stres
Beberapa cara di bawah ini dapat ditempuh untuk membina hidup positif agar tidak stres antara lain :
a.       Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah
b.      Merencanakan jadwal kerja yang matang dan meluangkan waktu untuk beristirahat
c.       Jangan berambisi menjadi orang yang sempurna
d.      Belajar berdamai
e.       Mencoba menolong sesama
f.       Menghilangkan pikiran iri dan dengki
( Widharto : 2009, 61 )

     
B.     Pengobatan Secara Farmakologis
Merupakan pengobatan dengan obat-obatan. Saat ini terdapat banyak pilihan jenis obat antihipertensi. Obat-obatan itu terbukti dapat menurunkan hipertensi, termasuk penyakit akibat hipertensi seperti stroke dan gagal jantung. Namun demikian, pemakaian obat-obatan antihipertensi itu memerlukan pengawasan dokter. ( Widharto : 2007, 29 )
1.      Perkembangan Obat Antihipertensi
Penelitian untuk membantu penderita hipertensi telah dilakukan sejak tahun 3000 SM. Hingga tahun 1950-an belum ditemukan obat antihipertensi yang baik dan tepat. Pada tahun 1960-an dilakukan suatu penelitian oleh Veterans Administration Cooperative Study Group on Antihypertensive Agents yang melaporkan bahwa pengobatan antihipertensi terbukti dapat menurunkan angka kesakitan dan komplikasi yang fatal maupun non fatal. Obat-obatan itu hanya dianjurkan untuk penderita hipertensi yang parah karena mempunyai efek samping cukup berat.
Pada tahun 1977 dikeluarkan panduan pengobatan hipertensi oleh JNC. Obat antihipertensi yang dipakai antara lain Klonidin, Metildopa, Prazonin, Pronanolol dan Rauwolfia.
Pada tahun 1993, JNC mengeluarkan panduan pengobatan hipertensi yang merupakan perbaikan dari panduan sebelumnya. Obat antihipertensi yang dipakai antara lain Beta-blocker, Diuretik, Antagonis kalsium, ACE-inhibitor, namun masih menimbulkan efek samping.
Pada tahun 1997, JNC mengeluarkan panduan pengobatan hipertensi, dengan memasukan AIIRA sebagai obat antihipertensi untuk melengkapi panduan sebelumnya. Obat ini efek sampingnya tidak terlalu tinggi dibandingkan obat antihipertensi sebelumnya.
Pada tahun 2003, JNC mengeluarkan panduan pengobatan hipertensi terbaru, berupa petunjuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Beberapa jenis obat antihipertensi yang dianjurkan meliputi ACE-inhibitor, penghambat reseptor angiotensin ( Angiotension-reseptor blocker atau ARBs ), Beta-blocker, penghambat saluran kalsium ( Calcium Channel Blocker atau CCBs ) dan thiazide.

2.      Obat-obatan Antihipertensi
a.       Golongan Diuretik
Obat antihipertensi golongan diuretik berfungsi untuk menambah produksi urin sehingga bekerja dengan cara membuang kelebihan natrium melalui pengeluaran urin.
Menurut Dr. Suharja, ada dua jenis diuretik yang sering digunakan sampai sekarang, yaitu :
1)      Thiazide diuretik, antara lain Chlorotiazide ( Diazil ), Polythiazide ( Reneze ), Indapamide ( Lozol ) dan Metalozone ( Mykrox ).
2)      Loop diuretik, antara lain Bumetanide ( Bumex ), Furosemide (Lasix) dan Torsemide ( Demadex ).

Pengobatan hipertensi dengan diuretik dengan dosis rendah memberi hasil yang cukup memuaskan. Namun, jika dalam dosis tinggi, malah memicu encok dan diabetes. Selain itu, dapat menurunkan kadar potasium dalam darah, meningkatkan kadar kolesterol dan gagal jantung. ( Junadi : 1982, 92 )
   
b.      Golongan Beta-blocker
Menurut Dr. Suharja, golongan Beta-blocker bekerja dengan cara memperlambat kerja jantung melalui pengurangan kontraksi otot-otot jantung dan menurunkan tekanan darah. Beberapa contoh obat antihipertensi golongan Beta-blocker antara lain, Atenolol, Bisoporol dan Propanolol.
Dalam penggunaan jangka pendek, obat ini hampir tidak menimbulkan efek samping, namun jika digunakan dalam jangka panjang mengakibatkan menurunnya kemampuan berolahraga, mengakibatkan tangan dan kaki dingin karena kurangnya aliran darah ke daerah tersebut dan menyebabkan gangguan tidur ( insomnia ). (Junadi : 1982, 92)

c.       Calsium Channel Blocker ( CCB )
Menurut Dr. Suharja, Calsium Channel Blocker bekerja dengan menghambat kerja kalsium dalam otot halus pada dinding arteriol.
Ada 2 jenis Calsium Channel Blocker, yaitu :
1)      Calsium Channel Blocker tanpa dihidropiridin antara lain, Deitiazem dan Verapamil.
2)      Calsium Channel Blocker dengan dihidropiridin antara lain, Amiodipine dan Nifedipine.

Efek samping dari penggunaan obat ini antara lain, sakit kepala, kulit wajah memerah dan pergelangan kaki membesar. Namun obat ini dapat mencegah serangan jantung dan stroke. ( Widharto : 2007, 33 )

d.      Inhibitor-ACE
Golongan ini bekerja dengan menghambat kerja enzim angotensin. Angiotensin merupakan suatu hormon yang berperan dalam penyempitan pembuluh darah. Dengan pemberian obat ini, angoitensin tidak secara aktif sehingga pembuluh darah dapat melebar dan menurunkan tekanan darah. Menurut Dr. Suharja, beberapa contoh obat antihipertensi golongan inhibitor-ACE antara lain, Captropil, Lisinopril dan Ramipril.
Keunggulan dari penghambat ACE yaitu melindungi kerusakan ginjal bagi penderita hipertensi dan diabetes, memperlambat terjadinya kerusakan retina yang dapat mengakibatkan kebutaan pada penderita diabetes dan tidak menyebabkan penurunan mental karena tidak sampai masuk ke otak. Penggunaan inhibitor-ACE dalam dosis tinggi dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba, yang justru dapat mengakibatkan kematian, terutama pada penderita yang telah menggunakan obat golongan diuretik. ( Widharto : 2007, 34 )

e.       Golongan Alpha-blocker
Golongan Alpha-blocker bekerja dengan cara menghambat kerja adrenalin pada otot-otot dinding pemubuluh darah. Adrenalin menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga tekanan darah meningkat. Biasanya penggunaan Alpha-blocker menimbulkan mulut kering dan rasa pusing. Obat goloan ini antara lain Dexazosin, Peazosin dan Terazosin. ( Martuti : 2009, 116 )

f.       Obat Yang Bekerja Terpusat
Jenis obat ini bekerja dengan memengaruhi pusat saraf di otak yang mengendalikan tekanan darah. Obat jenis ini jarang digunakan karena snederung menimbuklan efek kelelahan, kelesuan dan depresi jika dipakai dalam dosis tinggi. Beberapa obat antihipertensi yang bekerja terpusat antara lain, Clonidine, Reserpine dan Methyldopa. (Widharto : 2007, 34)

g.      Antagonis Reseptor Angiotensin
Cara kerja obat ini mirip dengan inhibitor-ACE. Obat ini lebih memberikan efek yang lebih efektif dalam penurunan tekanan darah. Jika inhibitor-ACE menimbulkan efek samping berupa batuk, pemberian obat ini tidak menimbulkan batuk. ( Martuti : 2009, 112 )
    Menurut Dr. Suharja, beberapa contoh obat antihipertensi golongan antagonis reseptor angiotensin antara lain, Condersatan, Eprosartan, Irbesartan, Valsartan, Losartan, Olmesartan dan Telmisartan.


BAB VI
TERAPI KOMPLEMENTER
                                 

Terapi komplementer merupakan usaha pengobatan hipertensi untuk menunjang penyembuhan hipertensi yang telah dilakukan secara kedokteran. Beberapa jenis terapi yang akan dijelaskan di sini, yaitu terapi nutrisi dan akupuntur.

A.    Terapi Nutrisi
Menurut Wiboworini ( 2007 : 38 ), beberapa suplemen dan bahan makanan yang bermanfaat dalam mengendalikan hipertensi, yaitu :
1.Potasium
Potasium bermanfaat mencegah dan mengendalikan tekanan darah. Potasium besumber dari buah-buahan, sayuran, produk susu dan ikan.
2.Magnesium
Magnesium bermanfaat mengendalikan tekanan darah. Magnesium bersumber dari kacang-kacangan dan polong-polongan.
3.Kalsium
Kalsium bermanfaat menjaga kesehatan secara umum dan menurunkan tekanan darah. Kalsium bersumber dari polongan-polongan, produk susu, bayam, kacang panjang, sawi daging sapi dan ayam rendah lemak.
4.Asam Lemak Esensial
Asam lemak esensial bermanfaat menurunkan tekanan darah . Asam lemak esensial bersumber dari ikan laut, kacang kenari dan kacang mete.
5.Vitamin C
Kekurangan vitamin C dapat mengalami hipertensi. Vitamin C bersumber dari buah-buahan ( jambu biji, mangga, pepaya, rambutan, jeruk ), kol, kacang panjang, daun katuk, cabai rawit dan cabai merah.
6.Seng
Seng bermanfaat menjaga kekebalan tubuh dan mengandalikan tekanan darah. Seng bersumber dari daging rendah lemak, kerang, polong-polongan, beras merah dan biji bunga matahari.

B.     Akupuntur
Akupuntur merupakan penyembuhan dari Tiongkok Kuno dengan cara menusukkan jarum ke titik-titik tertentu di tubuh pasien yang terletak di sepanjang meridian. Meridian adalah jalan atau saluran energi ( Chi ) yang berhubungan dengan organ dalam tubuh manusia. Penusukkan jarum ke titik-titik yang berada di sepanjang meridian bertujuan menurunkan atau meningkatkan aliran Chi dalam tubuh atau membukanya jika terjadi penyumbatan. ( Widharto : 2007, 40 )
Energi atau Chi dalam tubuh manusia ada dua, yaitu energi yang bersifat dingin disebut Yin dan energi yang bersifat panas disebut Yang. Ketidaksamaan Yin dan Yang dalam tubuh seseorang mengakibatkan terganggunya system di dalam tubuh. Oleh karena itu, tujuan utama akupuntur sebenarnya menyeimbangkan keberadaan Yin dan Yang dalam tubuh melaui penusukan pada titik-titik tertentu yang berada di sepanjang meridian. Saat ini telah diketahui 2000 titik meridian dalam tubuh yang dianggap penting. Semua titik tersebut melewati 14 meeridian dan diberi nama menurut organ yang diwakili, misalnya meridian paru-paru, meridian jantung, meridian ginjal dan meridian pencernaan. ( Widharto : 2007, 41 )


BAB VII
PENUTUP


A.    Simpulan
Berdasarkan pada uraian bab-bab sebelumnya, penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.      Jenis-jenis hipertensi berdasarkan penyebab terjadinya yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder, sedangkan berdasarkan besarnya tekanan diastolnya yaitu hipertensi ringan hipertensi sedang dan hipertensi akut.
2.      Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor keturunan, jenis kelamin, usia, pola makan, gaya hidup modern, berat badan dan alkohol.
3.      Hipertensi dapat membesar risiko terserang penyakit jantung koroner, stroke, gagal ginjal, bahkan kebutaan.
4.      Beberapa pengobatan secara nonfarmakologis bagi penderita hipertensi contohnya mengurangi konsumsi garam, mengendalikan berat badan, mengendalikan minum kopi dan alkohol, membatasi konsumsi lemak, berolahraga secara teratur dan menghindari stres.
5.      Obat antihipertensi dapat digolongkan berdasarkan mekanisme kerjanya, antara lain, golongan diuretik, golongan Beta-blocker, Calsium Channel Blocker (CCB), inhibitor-ACE, golongan Alpha-blocker, obat yang bekerja terpusat dan antagonis reseptor angiotensin.
6.      Pengobatan hipertensi menggunakan cara-cara alami yang biasa dilakukan antara lain, terapi nutrisi dan akupuntur.
              
B.     Saran
Berdasarkan uraian yang penulis susun, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1.      Jagalah selalu tekanan darah dan kadar kolesterol darah agar selalu dalam keadaan stabil
2.      Kurangi makan garam dan minum ( kopi dan alkohol )
3.      Usahakan badan tidak terlalu gemuk / obesitas
4.      Berolahragalah secara teratur dan usahakan jangan terlalu stres
5.      Perbanyaklah mengonsumsi buah-buahan, sayuran, susu, makanan dari polong-polongan dan makanan sehat lainnya
6.      Perbanyaklah pengetahuan dan konsultasi dengan dokter




DAFTAR PUSTAKA 

Junadi, Purnawan, dkk (ed). 1982. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta : Media Aesculapius.
Martuti, A. 2009. Merawat Dan Menyembuhkan Hipertensi. Bantul : Kreasi Wacana.
Putri, Alissa. 2009. Tetap Sehat Di Usia Lanjut : Hipertensi.  Yogyakarta : Genius Printika.
Wiboworini, Budiyanti. 2007. Gizi Dan Kesehatan. Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka.
Widharto. 2007. Bahaya Hipertensi. Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar